Dahulu guru Umar Bakri sekarang Aburizal Bakri. Masih terngiang di telinga kita lantunan lagu Iwan Fals tentang sosok guru Umar Bakri. Sosok yang kusut dengan sepeda butut, sepatu butut, dan tas yang juga butut. Itu dulu! Tapi sekarang zaman telah berubah. Pemerintah telah menyadari kesalahannya, sehingga kesejahteraan guru terus ditingkatkan. Wajar saja, akhirnya profesi guru seakan menjadi magnet tersendiri bagi anak-anak muda sekarang. Mereka berlomba-lomba mengejar profesi guru. Tentunya dengan kuliah di fakultas keguruan.
Dulu, profesi guru masih dianggap PNS kelas dua karena gajinya rendah, tunjangan jabatan guru yang rendah pula. Berbeda dengan PNS lainnya. Tahun 80-an, seorang penyuluh peternakan yang hanya memberikan penyuluhan kepada warga desa tentang beternak lele dan tidak pernah berhasil, mendapatkan tunjangan jabatan sebesar 400 ribu rupiah. Guru golongan III waktu itu hanya mendapat tunjangan jabatan 150 ribu rupiah. Karena keanehan ini, almarhum Gus Dur ketika diangkat menjadi presiden pernah berkelakar, “Masak penyuluh anak lele, tunjangannya lebih tinggi dibandingkan penyuluh anak manusia.” Aneh!
Sekarang, itu semua telah berlalu. Guru telah mendapatkan imbalan yang layak. Tunjangan jabatan telah diperbaiki, tunjangan profesi (melalui sertifikasi guru) juga telah dinikmati. Kini saatnya berbanah untuk membentuk karakter anak bangsa agar lebih bermartabat. Guru tidak lagi disebut Umar Bakri, tetapi lebih layak disebut Abu Rizal Bakri. Punya rumah bagus, punya mobil walaupun kurang bagus, dan mudah-mudahan punya semangat kerja yang bagus pula.
Blog ini didedikasikan untuk guru yang ingin terus mengembangkan potensinya, membangun karakter dan semangat anak didik menuju masa depan yang gemilang.
1 komentar:
Aburizal Bakri sdh tdk mampu dg Lumpur Lapindo
Posting Komentar